PESANTUN.OR.ID | Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Tahunan sukses menggelar acara puncak “Pesantun Bersholawat” yang diadakan di Gedung MWC NU Tahunan (Kompleks UNISNU Jepara), Minggu (19/1). Acara ini menjadi puncak dari serangkaian perlombaan antar ranting dan komisariat yang telah berlangsung selama dua pekan terakhir.
Mengusung tema “Harokah organisasi merawat tradisi, mengembangkan potensi, meningkatkan eksistensi organisasi”., acara ini berhasil mengundang antusiasme para anggota dan kader setempat, khususnya para pelajar dan santri dari berbagai ranting di bawah naungan PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Tahunan.

Ketua PAC IPNU Kecamatan Tahunan, Ferdy Setya Nugroho, dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur atas suksesnya rangkaian acara. “Kegiatan ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga momentum untuk memperkuat silaturahmi antar ranting, sekaligus menguatkan kecintaan generasi muda terhadap sholawat dan tradisi keagamaan,” ujarnya.
Ketua Panitia, Rekan Hasan, menyampaikan bahwa acara ini menjadi wujud kebersamaan yang erat antara seluruh kader IPNU-IPPNU di Kecamatan Tahunan. “Kami berharap Pesantun Bersholawat ini dapat menjadi tradisi tahunan yang terus memperkuat iman, kreativitas, dan ukhuwah generasi muda Nahdliyin di Kecamatan Tahunan,” katanya.

Dalam mauidhoh hasanah yang disampaikan, Kyai Abdul Wahab menyoroti makna besar di balik peringatan Harlah NU ke-102 yang jatuh pada tahun ini. Beliau menjelaskan bahwa usia 102 tahun bukan sekadar angka, tetapi simbol perjalanan panjang NU dalam menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah di tengah tantangan zaman. “NU telah menjadi benteng akidah dan budaya Islam Nusantara. Melalui Harlah ke-102 ini, kita harus merefleksikan kembali perjuangan para pendiri NU untuk membangun generasi yang kokoh dalam iman dan adaptif terhadap perkembangan zaman,” ujar Kiai Abdul Wahab. Beliau juga menekankan pentingnya kader-kader muda NU, termasuk para anggota IPNU dan IPPNU, untuk terus menjaga nilai-nilai keaswajaan dan memperjuangkan keberlanjutan NU di masa depan.
Dalam sesi lainnya, Kiai Abdul Wahab memberikan penjelasan mendalam tentang kitab Qonun Asasi, salah satu karya monumental dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab ini, menurut beliau, menjadi fondasi penting dalam pemahaman organisasi NU. “Qonun Asasi bukan sekadar kitab pedoman organisasi, tetapi juga dokumen sejarah yang menunjukkan bagaimana NU didirikan dengan landasan akidah yang kuat, visi keumatan, dan komitmen untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” jelasnya.

Kiai Abdul Wahab menekankan bahwa kader NU, terutama generasi muda seperti IPNU dan IPPNU, perlu mempelajari isi kitab ini sebagai panduan dalam berorganisasi dan bermasyarakat. Dengan memahami Qonun Asasi, generasi muda akan lebih memahami peran mereka dalam melanjutkan perjuangan NU, baik dalam konteks keagamaan maupun kebangsaan.
Mengakhiri mauidhoh hasanah-nya, Kiai Abdul Wahab mengajak seluruh hadirin untuk meneladani perjuangan para ulama pendiri NU dan menjadikan momentum Harlah ke-102 ini sebagai titik awal kebangkitan generasi muda Nahdliyin. “Mari kita rawat NU dengan menjaga tradisi, mengembangkan inovasi, dan memperkuat akidah. Generasi muda, khususnya IPNU dan IPPNU, adalah harapan besar yang akan menentukan arah perjuangan NU di masa depan,” pungkasnya.
Di penghujung acara, panitia menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba. Ranting IPNU-IPPNU Desa Krapyak berhasil menjadi juara umum setelah memenangkan Beberapa Lomba. Hadiah berupa trofi, sertifikat, dan uang pembinaan diserahkan langsung di acara Tersebut. Peserta dan jamaah yang hadir berharap kegiatan semacam ini terus digalakkan karena dinilai sangat bermanfaat dalam membangun karakter generasi muda, sekaligus menghidupkan tradisi keislaman yang khas Nahdlatul Ulama.
Dengan suksesnya acara ini, PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Tahunan sekali lagi membuktikan peran strategisnya sebagai wadah pengembangan bakat dan karakter generasi muda di tengah arus modernisasi.
penulis: Kafabih